keotentikan hadis itu sendiri (shahih atau tidaknya sebuah hadis) (Rahman, 2011, hal. 184–197). Sejarah hanya mencatat sedikit sekali polemik yang mengarah pada penolakan terhadap otoritas hadis dalam hukum dan syariat Islam. Penolakan beberapa orang terhadap otoritas hadis secara keseluruhan, sama sekali tidak berpengaruh
d. Perintis Ilmu Asbabul Wurud dan Kitab-Kitab yang Membicarakan tentang Asbabul Wurud. Ilmu mengenai asbabul wurud al-hadis ini sebenarnya telah ada sejak zaman sahabat. Hanya saja ilmu ini belum tersusun secara sistematis dalam suatu bentuk kitab-kitab. Demikian kesimpulan as-Suyuthi dalam al-Luma’ fi Asbabi wurud al-hadis.
Jadi, masing-masing kitab hadis biasanya memiliki beberapa metode penomoran. Contoh untuk kitab Shahih Al-Bukhari, minimal ada 3 metode penomoran yang masyhur: Metode penomoran Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Baari. Metode penomoran Syekh Musthafa Bugha. Metode penomoran Al-‘Alamiyyah (yang dipakai aplikasi Lidwa)
Sedangkan periwayatan Hadis, sebagian dilakukan secara mutawattir dan sebagian lagi berlangsung secara ahad.3 Dengan 1 Fathurohman, Musthalahatul Hadis (Bandung: Al-Ma‘arif, 1981),1. 2H.M Syuhudi Ismail, Metodologi Penelitian Hadits Nabi, 1st edn (Jakarta: Bulan Bintang, 1992), 1. 3Secara Istilah ahli Hadits Mutawat.tir berartiberita
2. Secara tidak langsung Allah Swt mewajibkan setiap muslim untuk menguasai ilmu pengetahuan. Meskipun begitu, Allah Swt. tidak memaksa setiap hamba-Nya untuk menguasai setiap ilmu pengetahuan. Mengapa demikian? 3. Pengamalan dari perintah yang terdapat dalam Surah Yunus ayat 101 dapat dilakukan oleh setiap muslim bagaimanapun kapasitas dirinya.
II. Jawablah pertanyaan berikut dengan benar! 1. Apakah perbedaan pengertian tafsir tahlili, maudu’i, ijmali dan muqaran? 2. Apakah kelebihan tafsir tahlili? Sebutkan tokoh dan karya kitab tafsir tahlili! 3. Bagaimanakah langkah-langkah menyusun tafsir maudu’i? 4. Bagaimanakah aplikasi tafsir muqarin antarayat pada ayat-ayat al-Qur`an ? 5.
.
pertanyaan tentang ilmu hadis